Berada di Lereng Merapi, Museum Ullen Sentalu Menyimpan Banyak Sejarah Mataram

Kamis, 11 Mei 2023 - 16:36 WIB
loading...
Berada di Lereng Merapi,...
Museum Ullen Sentalu memiliki banyak koleksi yang bernilai sejarah dari peradaban Kerajaan Mataram. / Foto: Instagram @ullensentalu
A A A
JAKARTA - Museum Ullen Sentalu memiliki banyak koleksi yang bernilai sejarah. Museum ini terletak di Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta. Berada di lereng Gunung Merapi, membuat museum seluas 1,2 hektare ini berhawa sejuk.

Nama museum ini sendiri terdengar unik, yang ternyata merupakan singkatan dari sebuah kalimat bahasa Jawa "Ulating blencong sejatine tataraning lumaku". Kalimat tersebut berarti nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.

Lampu blencong merupakan penerang yang dipergunakan saat pertunjukan wayang kulit. Dengan demikian, seperti dikutip dari laman Provinsi DI Yogyakarta, Museum Ullen Sentalu diharapkan mampu menjadi pengingat akan jati diri bangsa dan budaya yang ditanamkan oleh Kerajaan Mataram.



Koleksi Museum Ullen Sentalu banyak mengisahkan tentang peradaban Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini terpecah menjadi 4 keraton di Solo dan Yogyakarta, yakni Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman.

Semula, koleksi yang ada di museum ini hanya dijadikan koleksi pribadi yang digagas keluarga Haryono, keluarga pembatik di Yogyakarta yang memang masih keturunan bangsawan. Mereka banyak mengoleksi peninggalan warisan budaya Jawa.

Selain itu, koleksi yang ada di museum ini juga didapat dari hibah Yayasan Ulating Blencong (pengelola museum) dan sesepuh keluarga kerajaan Mataram.

Di museum yang diresmikan pada 1 Maret 1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII ini, pengunjung dapat melihat banyak lukisan dan foto bangsawan pada zaman tersebut. Tak hanya itu, terdapat pula koleksi kain batik Solo dan Yogyakarta dengan maknanya tersendiri, gamelan kuno, arca-arca budaya Hindu dan Budha, serta peninggalan lainnya.

Menariknya, ketika berkunjung ke museum ini, pengunjung tidak mendapati label atau keterangan pada koleksinya. Oleh karena itu, untuk memahaminya, pengunjung akan dipandu oleh pemandu yang dapat menjelaskan satu per satu koleksi yang ada. Pengunjung pun dibebaskan untuk bertanya lebih lanjut terkait sejarah atau koleksi yang dilihat.

Sebagian besar koleksi yang tersedia di museum ini adalah warisan budaya tak-benda (intangible heritage) yang diabadikan dalam bentuk lukisan naratif, sehingga pengunjung tidak diperkenankan sama sekali untuk mendokumentasikan kegiatan selama berada di dalam ruangan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2327 seconds (0.1#10.140)